tag:blogger.com,1999:blog-50702457322255859422024-03-13T10:27:16.061+07:00Blognya Ossy(Like literally, yeah)Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.comBlogger146125tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-74009059673715564102018-03-20T00:05:00.000+07:002018-03-20T00:11:06.207+07:00Tentang Kesendirian <div style="text-align: center;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Dan di dunia ini, manusia bukan berduyun-duyun lahir di dunia dan berduyun-duyun pula kembali pulang... seperti dunia dalam pasar malam. Seorang-seorang mereka datang... dan pergi.</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>(Pramoedya Ananta Toer, Bukan Pasar Malam)</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, bahwa pada suatu hari saya akan menemukan (atau merasakan, lebih tepatnya) sebuah benang merah antara Pramoedya Ananta Toer dengan Haruki Murakami. Rasanya mereka hidup di semesta yang berbeda, paling tidak jelas bukan penulis dari genre yang sama. Jadi agak aneh rasanya saat sedang membaca salah satu cerita pendek Murakami dan lalu tiba-tiba saya teringat dengan salah satu roman pendek Pram. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita pendek yang sedang saya baca berjudul "Tony Takitani", dari buku "Blind Willow, Sleeping Woman" yang merupakan hasil karya Haruki Murakami. Sebagai informasi, Murakami ini adalah penulis kesukaan saya. Sungguh saya se-suka itu dengan setiap tulisannya. Bukti nyata terpampang jelas di rak buku, dimana ada hampir 20 buku Murakami berjajar rapi. Jauh lebih banyak dari total buku karangan penulis lain di rak buku saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tony Takitani berkisah tentang seorang anak lelaki keturunan Jepang asli, meskipun memiliki nama depan yang terhitung kebarat-baratan. Nama aneh ini dipilih sendiri oleh Ayahnya, yang merupakan seorang eksentrik berprofesi sebagai seorang pemusik jazz yang cukup berbakat. Ayahnya tidak bisa dikatakan sebagai seorang penyendiri, namun sepanjang hidupnya Ayahnya tidak benar-benar memiliki seseorang, atau sesuatu, yang sebegitu berartinya sampai-sampai tidak bisa ia tinggalkan. Di suatu masa hidupnya, sebelum menikah dan memiliki anak, ia pernah hijrah ke Cina seorang diri tanpa pikir panjang, karena ia merasa tidak ada apapun yang berarti baginya di Jepang. Bahkan setelah akhirnya ia kembali ke Jepang beberapa tahun kemudian, menikah, memiliki seorang anak, dan ditinggalkan oleh isterinya yang meninggal hanya tiga hari setelah melahirkan pun ia tetap menjadi seorang penyendiri. Bukan berarti ia menelantarkan Tony, anak semata wayangnya. Hanya saja ia digambarkan tidak berusaha untuk memiliki hubungan spesial dengan Tony sepanjang hidupnya. Sejak Tony kecil bahkan ia jarang bertemu dengan Ayahnya yang sibuk dengan jadwal tur. Dengan kehidupan yang seperti itu, tidak aneh jika Tony juga bertumbuh menjadi seorang penyendiri. Ia tidak benar-benar merasa memerlukan teman, karena ia merasa baik-baik saja hidup sendirian selama ini. Benar-benar definisi nyata dari peribahasa buah tak jatuh jauh dari pohonnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beranjak dewasa, Tony akhirnya menikah dengan seorang perempuan <i>shopaholic</i> yang sungguh sangat suka berbelanja pakaian dan sepatu mewah, sampai-sampai mereka memiliki sebuah <i>dressing room</i> khusus di rumah untuk tempat isterinya meletakkan seluruh barang belanjaan kesayangannya itu. Untungnya si Tony ini digambarkan sebagai seorang ahli di bidang desain gambar teknis, sehingga ia tidak memiliki masalah untuk membiayai hidup isterinya tersebut. Singkat cerita, lama kelamaan si isteri mulai diberi peringatan oleh Tony bahwa kebiasaannya berbelanja barang mahal harus mulai dikurangi karena walaupun mereka mampu membelinya namun kebiasaannya ini sudah dirasa terlalu berlebihan. Si isteri pun setuju untuk mengurangi barang miliknya dan berencana untuk me-<i>refund </i>beberapa barang ke toko. Saat si isteri sedang dalam perjalanan untuk mengembalikan salah satu pakaiannya, ia mengalami kecelakaan dan meninggal dunia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya Tony ditinggalkan sendiri dengan barang-barang mewah peninggalan isterinya yang bahkan mayoritas belum pernah dipakai. Barang-barang ini menjadi semacam beban bagi Tony untuk melupakan isterinya. Pada akhirnya, setelah berbagai pertimbangan, Tony memutuskan untuk menjual seluruh barang isterinya tersebut dan membiarkan <i>dressing room </i>di rumahnya itu tetap kosong. Sebuah ruang kosong yang masih sering Tony kunjungi untuk mengenang isterinya. Lama kelamaan, memori akan isterinya hilang begitu saja dari pikirannya yang sering dikosongkan dengan sengaja di ruang kosong tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dua tahun kemudian, ayah Tony meninggal karena penyakit kanker. Kali ini, peninggalan dari Ayahnya yang turun langsung ke Tony adalah kumpulan piringan hitam musik jazz koleksi Ayahnya. Tony kembali ke titik nol seperti saat isterinya meninggalkan setumpuk pakaian dan sepatu mahal di rumahnya. Tony pun kemudian mengambil langkah yang sama, setelah satu tahun, dengan menjual koleksi ayahnya tersebut tanpa sisa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah isteri dan ayahnya meninggal, dan setelah Tony pada akhirnya menyingkirkan seluruh barang peninggalan mereka, akhirnya Tony merasa kembali menjadi dirinya yang dulu, dirinya yang hidup seorang diri. Persis sama seperti kondisi ayahnya saat memutuskan untuk meninggalkan Jepang. Sendiri, tanpa sesuatu yang berarti, dan merasa baik-baik saja dengan kondisi itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kisah kesendirian Tony di akhir cerita itu langsung mengingatkan saya pada roman pendek karangan Pram yang berjudul "Bukan Pasar Malam". "Bukan Pasar Malam" menceritakan Ayah seorang pemuda, mantan pejuang yang kemudian memilih mengabdikan dirinya menjadi seorang guru, kemudian harus sakit TBC di umur tuanya dan meninggal dunia. Berikut adalah salah satu cuplikan tulisan, yang terjadi di antara para pelayat pada saat acara pemakaman :</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>"Kasihan, waktu dia sehat, selalu kita cari-cari untuk melengkapi perjudian. Waktu dia sakit, tak ada seorang pun di antara kita datang menengok. Dan waktu meninggal, ia meninggal seorang diri."</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>"Ya, mengapa orang ini harus mati seorang diri."</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>"Ya, mengapa kita ini harus mati seorang diri? Lahir seorang diri pula? Dan mengapa kita harus hidup di satu dunia yang banyak manusianya? Dan kalau kita sudah bisa mencintai seorang manusia, dan orang itu pun mencintai kita... Mengapa kemudian kita harus bercerai-berai dalam maut. Seorang. Seorang. Seorang. Dan seorang lagi lahir. Seorang lagi. Seorang lagi. Mengapa orang ini tak ramai-ramai lahir dan ramai-ramai mati? Aku ingin dunia ini seperti pasar malam."</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi tentu saja, dunia ini bukan pasar malam. Setiap manusia memiliki urusannya masing-masing, baik dalam kehidupan maupun kematian. Seorang demi seorang, persis seperti yang dikatakan oleh tokoh ciptaan Pram, dan juga Murakami.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu, kenapa kesendirian terasa begitu menyeramkan?</div>
Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-39423124239735058962018-02-18T00:16:00.000+07:002018-02-18T00:24:03.125+07:00Self Destructive<br />
<div style="text-align: center;">
<i>I believe that each one of us got at least one self-destructive habit in their lives. </i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>What's yours?</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena tidak ada manusia yang sempurna, dan tidak ada kehidupan yang selalu berbahagia dari awal sampai akhir. Tapi kabar baiknya adalah, tidak ada juga yang namanya kesedihan atau nasib sial yang sempurna. Sederhananya, semua memang ada waktunya masing-masing. Ada amin untuk saya disini, saudara-saudara?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum menulis ini saya sempat ragu apakah akan memberi judul <i>Self Harm </i>atau <i>Self Destructive</i>. Kedua hal ini nampaknya serupa tapi tak sama. Riset (baca : googling) singkat mengenai kedua hal ini membawa saya ke keputusan bahwa <i>Self Destructive </i>tampaknya lebih tepat untuk digunakan disini. Kenapa? Karena <i>Self Harm </i>sifatnya lebih ke arah fisik, sementara <i>Self Destructive </i>lebih ke arah psikologis. Saya tidak akan membahas ini terlalu dalam, takutnya salah arah malah dikira mendukung perilaku <i>Self Harm</i>. <i>Nope, self harm is definitely not good, don't you ever dare to try it. End of story.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lain lagi ceritanya kalau <i>self destructive</i>, yang dimana pengertiannya adalah sebuah perilaku yang berakibat buruk ke diri sendiri tapi tetap kita lakukan, meskipun kita tahu konsekuensinya. Contoh ekstrim : <i>Drug abuse</i>. <i>Seriously</i>, siapa sih yang tidak tahu efek jelek dari narkoba? Semua orang tahu, dan bahkan para pemakai nya juga tahu, tapi tetap ada saja yang mau jadi pengguna sampai sekarang. Contoh yang lainnya : <i>Eating too many junk foods</i>. Sudah tahu tidak sehat untuk badan, tapi enak di lidah, jadi ya sudah mau bagaimana lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Daftar perilaku yang termasuk <i>self destructive </i>ini bisa panjang, berbeda untuk masing-masing orang, dan memiliki efek yang berbeda juga di pribadi masing-masing. Contoh di atas mungkin kurang terasa nyata karena di dunia ini masih banyak orang baik-baik yang tidak memakai narkoba (alhamdulillah!) dan masih banyak juga orang yang telah menjadi aktivis <i>healthy eating </i>masa kini. Tapi percaya lah, daftar perilaku <i>self destructive </i>ini bisa jadi jauh lebih dekat dengan kehidupan kita dari yang kita bayangkan :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Merokok</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Boros</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Menghabiskan terlalu banyak waktu di sosial media</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Menonton terlalu banyak serial TV dalam satu waktu</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Tidak pernah datang tepat waktu</div>
<div style="text-align: justify;">
6. Marah-marah saat berkendara</div>
<div style="text-align: justify;">
7. Terlalu banyak begadang</div>
<div style="text-align: justify;">
8. Tidak pernah berolahraga</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan contoh-contoh lain yang masing-masing dari kita bisa menambahkan sendiri berdasarkan pengalaman masing-masing. Silahkan loh kalau mau menambahkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pertanyaannya sekarang adalah kenapa kita tetap melakukan hal-hal tersebut, meskipun tahu efek jeleknya baik di masa kini maupun di masa mendatang? Saya jelas bukan psikolog, dan sungguh tidak ada dasar ilmu untuk menjawab pertanyaan ini secara ilmiah, jadi saya hanya akan menggunakan sesuatu yang selalu menjadi modal utama saya dalam mengarungi kehidupan ini, yaitu ke-sok tahu-an saya untuk menjawabnya :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<u><i>Because doing all of those things make us feel good, while we're doing it.</i></u></div>
<div style="text-align: center;">
<u><i><br /></i></u></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>I'll admit, sometimes i smoke</i>. Saya punya hubungan putus-nyambung yang sudah berlangsung selama lebih dari 10 tahun dengan rokok. Seringkali saya merokok di kala bosan. Dan perasaan puas karena berhasil membunuh waktu dengan merokok itu sungguh, sangat menyenangkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu siapa yang tidak merasakan satu kebahagian kecil saat barang yang dipesan di <i>online shop</i> akhirnya sampai di rumah? Entah belum tentu juga barang yang kita beli akan berguna dalam jangka panjang, atau pendek sekali pun. <i>Yeah, we all been there done that.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>And you can't argue with me about our engagement with social media these days</i>. Saya pernah membaca satu artikel yang menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia menghabiskan kurang lebih empat jam dalam satu hari di handphone mereka. Begitu selesai membaca artikel itu saya langsung mengunduh aplikasi yang dapat menghitung jumlah waktu yang kita habiskan dalam menggunakan handphone. Hasilnya? Sudah untung kalau saya hanya menggunakan handphone empat jam dalam sehari, seringkali malah lebih dari itu. Padahal ya setelah dirasa-rasa yang saya buka di handphone ya itu-itu saja, bukan sesuatu yang benar-benar bermanfaat untuk diri sendiri apalagi masyarakat apalagi negara. Duh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kira-kira seperti itu lah maksud saya dengan <i>self destructive habit</i>. Tidak benar-benar melukai fisik dan merugikan secara langsung, tapi tetap pada akhirnya bisa mengurangi kualitas hidup. Kalian sudah paham kan gambarannya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah sekarang tidak usah jadi orang paling suci di dunia, karena kita semua bukanlah biksu Tong Sam Cong. Tapi ya kalau tidak mau mengakui juga tidak apa-apa sih, ini saya sekedar mencari sesama teman pendosa saja. Teman yang sama-sama mau menyadari kekurangannya, dan sama-sama menarik batasan diri sembari berusaha menjadi lebih baik. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kenapa menarik batasan diri menjadi penting? Karena menjadi sempurna itu tidak mungkin, bro sis sekalian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi itu lah jalan tengah yang saya lakukan, membatasi diri untuk paling tidak jangan menambah daftar <i>self destructive </i>saya yang sudah panjang, dan membuat program untuk mengurangi hal-hal tersebut dalam waktu-waktu tertentu. Salah satu bentuk kompromi, seperti yang biasa manusia dewasa lakukan sehari-hari. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menjadi sempurna itu tidak mungkin, tapi kalau berkompromi untuk tidak menjadi lebih buruk, pasti bisa dong?</div>
Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-15079167065350766772018-01-21T22:44:00.000+07:002018-02-17T20:36:38.777+07:00Unfinished Bussiness<div style="text-align: center;">
<i><br /></i>
<i>Have you ever left a book unfinished?</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau ada isian biodata yang harus dilengkapi, dan terdapat pertanyaan mengenai hobi, sudah bisa dipastikan saya akan menjawabnya dengan membaca. Konsistensi bukan hal paling mudah untuk dilakukan di dunia ini, tapi saya yakin untuk urusan yang satu ini saya selalu konsisten. Dari sejak jaman SD sampai saat ini, saya selalu mengisi pertanyaan hobi dengan jawaban membaca buku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebentar. Apakah ini berarti saya tidak benar-benar berkembang hingga tidak menemukan hobi yang lain lagi? Shit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi bukan itu yang mau saya bahas. Soal berkembang atau tidak itu mungkin bisa kita bahas lain kali. Untuk kali ini yang ingin saya bahas adalah mengenai kebiasaan orang dalam membaca suatu buku. Pertanyaannya sederhana : Jika kalian sudah mulai membaca suatu buku, apakah kalian harus menyelesaikannya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini merupakan sebuah kasus baru untuk saya. Sejauh ini, seingat saya, baru satu buku yang pernah saya "campakkan" di tengah jalan. Belum sampai tengah bahkan, saya baru mulai membaca kurang dari sepuluh halaman, dan saya sudah yakin kalau tidak akan sanggup menyelesaikannya. Saya bahkan sudah lupa judul bukunya. Terbitan dalam negeri pokoknya, dibeli dengan random sewaktu saya sedang ke Gramedia karena cover dan cuplikan cerita yang memikat. Karena dari awal saya sudah merasa tidak cocok dengan bukunya, jadi saya tidak punya rasa bersalah sama sekali sih karena meninggalkan buku itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu setelahnya tidak ada lagi kasus serupa. Saya selalu menyelesaikan setiap buku yang saya baca. Sampai tibalah kita di saat ini, dimana saya sedang berusaha untuk menyelesaikan novel berjudul Grotesque karya Natsuo Kirino. Buku ini saya beli tanggal 7 Mei 2016. Saya ingat persis karena buku ini dibeli sewaktu saya datang berkunjung ke Big Bad Wolf bersama teman-teman saya. Sudah hampir 2 tahun, dan saya masih belum berhasil menyelesaikannya. Dulu sudah sempat saya baca, lalu saya tinggalkan untuk membaca yang lain, lalu mulai saya baca lagi, lalu saya tinggalkan lagi, dan siklus itu terus berulang sampai kali ini. Namun kali ini saya mulai bertanya-tanya, boleh kah jika saya tidak membaca novel ini sampai selesai? Dosa tidak?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Iya, saya kok merasa berdosa ya kalau meninggalkan sebuah buku yang tidak selesai dibaca. Saya merasa memiliki tanggungjawab moral pada penulisnya, seakan-akan penulisnya ada di hadapan saya dan melihat langsung saat saya menyerah untuk menyelesaikan bukunya. Saya membayangkan penulisnya bersedih hati di hadapan saya saat kejadian itu berlangsung. Duh, mana sanggup.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu saya juga benci membayangkan diri menjadi seseorang yang judgmental. Buku belum selesai dibaca kok sudah di-cap tidak bagus? Tahu darimana kamu kalau tidak tahu akhir ceritanya bagaimana? Tahu darimana kamu kalau-kalau di tengah jalan nanti tiba-tiba ceritanya akan menjadi sangat menarik? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu lah kira-kira yang ada di kepala saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi saya juga benci kalau harus menjadikan aktivitas membaca sebagai sebuah kewajiban belaka. Membaca buku seharusnya menjadi sesuatu yang menyenangkan. Orang-orang membaca buku untuk berbahagia bukan untuk menyiksa diri, bukan begitu? Dan lagi, sepanjang apa sih waktu kita di dunia ini sampai-sampai boleh kita buang begitu saja untuk membaca sesuatu yang tidak sesuai selera kita?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tampaknya di kasus pertama saya masih bisa lolos dari rasa bersalah karena saya baru baca sebagian kecil, dan langsung merasa tidak cocok dengan bukunya. Ibarat kata, memang tidak ada ikatan batinnya dari awal. Nah untuk kasus kedua ini, sesungguhnya saya benar-benar penasaran dengan akhir ceritanya, namun cara penulisnya bercerita di buku ini sungguh bertele-tele dan tidak lugas jadi saya lelah. Tapi saya penasaran, karena akar ceritanya menurut saya cukup dalam dan menarik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan saya sudah sampai di halaman 361 dari total 530 halaman. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Baiklah, untuk kali ini saya akan memaksa diri untuk menyelesaikannya. Semoga ke depannya saya tidak perlu lagi berhadapan dengan kasus serupa. Kalaupun harus, semoga ke depannya saya diberikan kekuatan mental untuk menepis bayangan penulis yang bersedih hati karena tulisannya tidak berhasil memikat seorang pembaca.</div>
Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-87008189457248691982018-01-14T11:36:00.001+07:002018-02-17T20:36:26.260+07:002018<div style="text-align: center;">
<i><br /></i>
<i>Have you ever feel so stuck, you don't even know what to do anymore?</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu lah kira-kira kehidupan saya saat ini. Bukan berarti hari-hari yang saya jalani sebelum ini terasa begitu cerah dan memiliki tujuan mulia juga sih. Selama ini juga rasanya hidup saya begitu-begitu saja, mengalir kemana takdir membawa, terkadang terantuk batu besar, terkadang harus berjuang mati-matian untuk keluar dari badai, atau terkadang terasa begitu mulus berenang di air tenang di bawah sinar matahari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Intinya hidup saya memang biasa-biasa saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi sekarang rasanya saya ingin lebih. Mungkin ingin lebih memaknai hidup, atau mungkin hanya ingin sekedar mencari sedikit pelarian dari rutinitas hidup. Jadi beberapa hari ini saya mulai mempertanyakan, apa sih yang membuat saya bahagia?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
And it struck me real hard, for not knowing the accurate answer to that.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi mari coba saya jawab. Saya biasa mengumpulkan kebahagiaan dari hal-hal kecil yang terjadi di keseharian saya, contohnya :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
1. Sekaleng Nescafe Latte dingin di pagi hari.</div>
<div style="text-align: center;">
2. Menyelesaikan buku bacaan yang menurut saya bagus dan menyentuh hati.</div>
<div style="text-align: center;">
3. Membuat gundam.</div>
<div style="text-align: center;">
4. Membuat to do list harian dan berhasil melaksanakannya.</div>
<div style="text-align: center;">
5. Menyetir sendirian saat sedang ingin me time.</div>
<div style="text-align: center;">
6. Mengenakan outfit yang membahagiakan diri ke kantor.</div>
<div style="text-align: center;">
7. Berhasil curi-curi waktu bersantai di balkon kantor saat pekerjaan sedang sibuk-sibuknya.</div>
<div style="text-align: center;">
8. Berhasil curi-curi waktu liburan ke destinasi impian di saat perjalanan dinas dari kantor.</div>
<div style="text-align: center;">
9. Merombak posisi kamar dan sekarang saya punya sudut baca yang nyaman.</div>
<div style="text-align: center;">
10. Bangun pagi tanpa alarm di hari kerja.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hal-hal semacam itu. Sesuatu yang sederhana, dan bisa terjadi berulang. Sepuluh hal rasanya sudah cukup banyak, jadi kalau saya masih merasa kurang puas, apa yang salah?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pertama, mungkin hal-hal di atas sifatnya terlalu temporer? Kedua, mungkin hal-hal di atas kurang substansial? Ketiga, mungkin hal-hal di atas hanya merupakan "pengganti" yang dimasukan ke rutinitas sebagai penghibur?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin saya perlu kebahagiaan yang memiliki tujuan lebih. Sesuatu yang begitu besarnya, sampai-sampai tidak ada lagi rutinitas yang perlu dihibur melalui berbagai pelampiasan. Masuk akal tidak pemikiran saya ini?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi sekarang saya sedang ingin memulai sebuah project pribadi. Project yang mungkin tidak akan menjawab pertanyaan besar saya di atas, tapi paling tidak memberi saya alasan untuk benar-benar melakukan sesuatu, bukan yang terlalu besar sampai mempengaruhi hidup orang lain, tapi cukup besar untuk mempengaruhi kehidupan personal saya (semoga).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak akan saya tuliskan secara gamblang detail project nya disini, jadi jika nanti saya gagal karena kurang istiqomah dalam menjalankannya, paling tidak orang lain tidak akan bisa menertawakan karena sejak awal mereka juga tidak tahu project saya sesungguhnya hahaha *<i>licik sejak dalam pikiran.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cukup lah sekiranya tulisan pertama saya di tahun 2018 ini. Semoga kita semua berbahagia, dan merasa cukup dengan kebahagian tersebut untuk terus menyambung hidup. Sampai jumpa!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-39775580855777707142017-06-27T00:26:00.002+07:002017-06-27T00:33:37.939+07:00Lebaran<div style="text-align: justify;">
Saya membaca sebuah quote sederhana di momen Lebaran tahun ini. Salah satu temuan random di internet, hal yang biasa terjadi dan bukan sesuatu yang spesial ya sebenarnya. Quote ini pun rasanya klise, bukan hal baru yang sampai membuat seseorang harus memutar kedua bola mata karena terperangah menemukan hal yang baru.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekali lagi, quote ini biasa saja. Entah kenapa pula saya membuat pembukaan yang terlampau panjang seperti ini untuk sebuah quote yang terlampau biasa. Bunyinya hanya seperti ini saja :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Forgiving is not forgetting, it is remembering without anger."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Biasa saja kan?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekedar untuk dibaca, iya tentu saja itu biasa saja. Hanya sebuah kalimat, intinya sekedar memaafkan, bukan dengan cara melupakan, tapi dengan tidak lagi marah. Berdamai, dengan apapun itu yang membuatmu tidak bisa memaafkan di tempat pertama. Tapi coba lah itu dilakukan di kehidupan nyata. Susah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena salah satu insting paling dasar manusia adalah survival. Manusia, dalam kondisi terancam terutama, pertama kali pasti akan selalu menempatkan dirinya di posisi bertahan. Ini berlaku untuk segala jenis ancaman, baik itu secara fisik maupun non fisik. Karena kalau bukan kita yang melindungi diri kita sendiri, siapa lagi yang akan melakukannya untuk kita?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu saat disakiti, siapa yang harus menyembuhkan diri selain diri kita sendiri? Bahkan Ed Sheeran pun menulis dengan lugas di salah satu lagunya, Save Yourself. Siapa lah saya ini mau menentang petuah musisi kelas atas macam Ed itu?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Disini lah permasalahan kita dimulai. Disaat memaafkan berarti mengingat tanpa rasa marah, itu berarti saya tidak bisa menyalahkan pihak yang menurut saya bersalah. Tapi dengan menganggap pihak lain tidak bersalah, hal termudah untuk dilakukan adalah menentukan bahwa saya sendiri lah yang bersalah. Karena jujur saja, tidak mungkin tidak ada yang salah dalam suatu permasalahan. Terlalu naif rasanya kalau berfikir terlalu positif begitu, sudah lah tidak usah dipaksa, kita semua manusia dewasa yang sudah sama-sama pernah melihat negatif nya dunia kok. Lalu kalau saya merasa saya yang salah, itu berarti saya malah merusak diri saya sendiri, kan? Di titik ini kita kembali lagi ke poin survival, untuk melindungi diri sendiri akhirnya saya terpaksa kembali menyalahkan pihak lain. Lalu terus saja putaran saling menyalahkan itu berulang di kepala saya. Semacam skenario "what if" yang tidak ada ujungnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu dimana titik akhirnya? Bagaimana caranya untuk tidak menyalahkan? Bagaimana caranya untuk memaafkan pihak lain, dan juga diri kita, tanpa harus menyakiti diri kita sendiri? Saya ingin tahu loh, sungguh.</div>
Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-46903261825065437102012-11-22T20:19:00.000+07:002012-11-22T20:19:01.317+07:00Stray Heart<div style="text-align: justify;">
Nggak biasanya saya kepikiran sesuatu gara-gara lagu sampe harus tertuang di blog ini. Akhir-akhir ini pikiran saya pendek, nggak sampe lebih dari 140 karakter, jadi ya sudah saja saya tulis di twitter.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi nggak buat yang satu ini. Pikiran saya kali ini jauh lebih banyak dari 140 karakter, dan lagu yang saya bicarakan itu adalah lagu Green Day terbaru judulnya <i>Stray Heart. </i>Kalimat pamungkas penggalan lirik lagu ini sudah pernah saya tuangkan di twitter sih :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Everything that i want, i want from you, but i just can't have you.</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Everything that i need, i need from you, but i just can't have you.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pernah nggak kehilangan sesuatu yang, akhirnya, disadari sebagai salah satu hal terbaik dari yang paling terbaik yang pernah ada?<i> </i>Sepatu kesayangan yang tiba-tiba hilang tanpa jejak, misalnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bayangin deh.<i> </i>Pas pertama sadar kehilangan yang terbaik itu rasanya pasti ngenes banget, jelas. Serasa pengen garuk-garuk tanah. Pengen jongkok aja di pojok ruangan meratapi nasib akibat kebodohan sendiri. Sepatu yang umurnya udah bertahun-tahun, sering banget dipake kemana-mana, tiba-tiba hilang begitu saja pas kondisinya masih bagus. Mau balik lagi ke tokonya beli yang sama persis juga udah nggak mungkin secara itu belinya beberapa tahun yang lalu, kan?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi ternyata, pada akhirnya, kehilangan sesuatu yang sampe segitunya itu bikin semuanya jadi lebih mudah. Otomatis bikin kita sadar dan mikir, yang terbaik emang udah nggak di tangan kita, jadi mau apa lagi? Ngotot mau nyari gantinya? Mana ada ganti yang bisa nyaingin sesuatu yang udah jadi yang terbaik sih?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba semuanya jadi sederhana, karena kita berhenti berusaha mencari yang terbaik (lagi). Kita berhenti ngotot memaksakan sesuatu lain yang bukan yang terbaik buat jadi yang terbaik. Kita bersyukur sama apa yang kita punya sekarang. Simple.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Coba kalo kita nggak pernah tau yang terbaik kaya apa bentukannya. Seumur hidup kita bakal terus nyari yang terbaik, kan? Capek loh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yah, ada juga sih oknum beruntung yang menemukan si terbaik dan tidak bertindak bodoh sampai terpaksa kehilangan si terbaik itu buat selamanya. Buat sisanya yang nggak seberuntung oknum tadi? Ya cuma ini kuncinya, bersyukur. Berterimakasih karena sudah pernah dikasih kesempatan buat tau yang terbaik untuk kita yang kaya apa. Lalu berhenti ngotot, karena yang terbaik itu nggak akan mungkin tergantikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Just remember, be grateful! </i> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>PS : Video klip lagu ini lucu loh, sumpah. Cek deh <a href="http://www.youtube.com/watch?v=sN0b-adUt9I">Green Day - Stray Heart</a></i></div>
Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-36697051800735113932012-07-18T09:36:00.001+07:002012-07-18T09:36:16.820+07:00Bebas?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Saya suka sekali dengan iklan 3 yang terbaru ini. Ada 2 versi, dan saya suka kedua-duanya. Menohok sekali ke kehidupan sosial sekitar kita, yang entah pernah berapa kali saya katakan, terkadang memang terlalu menuntut.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Terlepas dari benar dan salah, bagi saya kata-kata "menuntut" itu sendiri sudah menjadi sebuah beban tersendiri. Ibaratnya nih, kalau kehidupan sosial sekitar kita itu punya mata (dan <i>well</i>, memang punya sih) maka semua tindakan yang kita ambil, semua pilihan yang kita buat, semua langkah yang kita jalani, akan terus diamati oleh mata-mata tersebut. Persis begitu kan rasanya hidup di lingkungan sosial masyarakat kita? Seperti diamati. Melangkah dengan cemas, menunggu untuk dihakimi saat "salah" mengambil langkah.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Ironisnya, saya percaya semua orang dari semua lapisan sosial di kehidupan kita menginginkan yang terbaik untuk kehidupan kita. Niat mereka baik kok, untuk memastikan kita menghidupi kehidupan yang baik saat ini hingga di masa depan nanti, untuk menjaga kita tetap berada di norma sosial yang berlaku. Balik lagi kan ujung-ujungnya ke norma sosial. Ah ya sudahlah.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<object width="320" height="266" class="BLOGGER-youtube-video" classid="clsid:D27CDB6E-AE6D-11cf-96B8-444553540000" codebase="http://download.macromedia.com/pub/shockwave/cabs/flash/swflash.cab#version=6,0,40,0" data-thumbnail-src="http://2.gvt0.com/vi/r6_E3z2rpao/0.jpg"><param name="movie" value="http://www.youtube.com/v/r6_E3z2rpao&fs=1&source=uds" /><param name="bgcolor" value="#FFFFFF" /><param name="allowFullScreen" value="true" /><embed width="320" height="266" src="http://www.youtube.com/v/r6_E3z2rpao&fs=1&source=uds" type="application/x-shockwave-flash" allowfullscreen="true"></embed></object></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Kebebasan itu, omong kosong.</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Katanya aku bebas berekspresi, tapi selama rok masih di bawah lutut.</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Hidup ini singkat, mumpung masih muda nikmati sepuasnya.</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Asal, jangan lewat dari jam 10 malam.</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Katanya, urusan jodoh sepenuhnya ada di tanganku.</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Asalkan sesuku, kalau bisa kaya, pendidikan tinggi, dari keluarga baik-baik..</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Katanya, jaman sekarang pilihan itu nggak ada batasnya.</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Asal, ikutin pilihan yang ada.</i></div>
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.youtube.com/embed/5XW-yaaNYgo?feature=player_embedded' frameborder='0'></iframe></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Kebebasan itu, omong kosong.</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Katanya bebas berteman dengan siapa aja, asal orang tua suka.</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Katanya jadi laki-laki itu jangan pernah takut gagal.</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Tapi juga jangan bodoh untuk ambil resiko, mendingan kerja dulu cari pengalaman.</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Katanya urusan jodoh sepenuhnya ada di tangan.</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Asalkan dari keluarga terpandang, nggak cuma cantik tapi juga santun, berpendidikan..</i></div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: center;">
<i>Katanya, jaman sekarang pilihan itu nggak ada batasnya.</i></div>
<div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; text-align: center;">
<i>Asal, ikutin pilihan yang ada.</i></div>Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-33120477011575448282012-07-17T18:24:00.000+07:002012-07-17T18:24:10.632+07:00Mau beli rasa aman, dimana?Dua hari yang lalu, saya menjadi korban tidak langsung dari sebuah aksi penjambretan saat berada di Bandung. Korban tidak langsung, karena saat kejadian tersebut saya berada di TKP namun yang kehilangan harta benda bukan saya melainkan seorang teman yang saat itu sedang bersama saya.<br />
<br />
Ceritanya, minggu malam kemarin saya pergi bersama seorang teman. Perempuan, namanya Dinda. Kami pergi keluar dari sore, belanja belanji lalu dilanjutkan makan malam di sebuah restauran yang terletak di Jalan Progo. Selesai makan sekitar jam 9 malam, kami berjalan kaki untuk mencari angkot. Tidak ada angkot yang langsung jalan melewati Jalan Progo memang, karena itu kami harus berjalan lumayan jauh terlebih dahulu menuju jalur angkot.<br />
<br />
Malam itu ada dua jalur yang bisa kami pilih. Untuk penghuni Bandung pasti tau dong pertigaan antara Jalan Progo dan Jalan Banda yang ada Jonas Photo itu? Nah, kami bisa memilih untuk belok kiri ke Jalan Riau, atau belok kanan ke jalan di area Gedung Sate (jalan apa sih itu namanya saya lupa?). Pertigaan itu memang gelap dan sepi, mau belok kiri atau belok kanan saat itu sama-sama gelapnya. Akhirnya, karena ragu apakah angkot di Jalan Riau masih beroperasi pada jam setengah 10 malam maka kami memutuskan untuk belok kanan saja menuju ke arah jalan Gedung Sate itu.<br />
<br />
Kami berjalan di sisi kiri jalan, dimana saya berjalan di atas trotoar sementara teman saya berjalan di pinggir jalan (jalanan saat itu sudah sepi, jadi teman saya memilih untuk tidak berjalan di trotoar). Kami sedang bercerita panjang lebar sambil berjalan, saat tiba-tiba teman saya berteriak dan tubuhnya hampir terjatuh ke jalan. Saya pikir dia tersandung, namun kemudian saya melihat sepeda motor yang dinaiki oleh 2 orang berada persis di depan teman saya, berusaha menarik tas yang dijinjing oleh teman saya di bahu kanannya.<br />
Shock saya langsung berlari ke arahnya sambil berteriak "Jambret" "Tolong" "Copet" dan entah apalagi. Para penjambret itu berhasil menarik tas teman saya walaupun dia memberi perlawanan. Jelas lah ya, teman saya itu jalan kaki sementara penjambret itu naik motor. Tinggal gas kencang juga pasti teman saya ikut tertarik.<br />
Kami berdua terus berlari mengejar jambret tersebut yang belok kiri di pertigaan. Daerah Jalan Banda ini memang sepi dan gelap, jadi mau kami teriak minta tolong juga siapa yang mau bantu coba? Yah, walaupun sebenarnya saya melihat disitu ada satpam sebuah bank dan sekuriti sebuah penginapan sedang berdiri di pos masing-masing (yang berada di jalur kami mengejar penjambret tersebut sebenarnya), tapi toh mereka tidak bergeming. Cuma menonton saja tanpa ada niatan menolong. Jahat sekali. :(<br />
<br />
Setelah menyerah mengejar penjambret itu kami terduduk lesu di trotoar. Singkat cerita, teman saya itu sedih setengah mati karena hampir semua barang berharga seperti HP dan dompetnya ada di tas itu. Saya yang tidak kehilangan apa-apa saja <i>shock</i> setengah mati sampai ikutan panik. <i>Phisically, </i>kami berdua memang tidak terluka. <i>But mentally</i>? Rasanya saya kaget, sedih, dan sekaligus merasa bodoh.<br />
<br />
Saya bertanya-tanya, kenapa bisa kejadian itu menimpa kami? Menimpa teman saya? Berbagai spekulasi ada di pemikiran kami berdua.<br />
<br />
Mungkin seharusnya di pertigaan Jonas Photo itu kami memilih untuk belok kiri saja menuju Jalan Riau? Ah. Tapi toh jalan itu juga sama saja gelapnya, saya yakin kalaupun kami menempuh jalur itu penjambret yang kemungkinan besar memang sudah mengintai disitu menunggu mangsa juga pasti akan menghampiri kami.<br />
<br />
Atau mungkin seharusnya teman saya berjalan di trotoar bersama saya, bukannya di jalanan yang memudahkan penjambret tersebut untuk menarik tasnya sambil lewat begitu saja? Ah. Tapi toh yang namanya aksi itu ada karena niatan kan? Kalau memang penjambret itu berniat merampok kami, walaupun kami berdua berjalan di trotoar bisa saja kan mereka malah nekat untuk turun dari motor dan menodong kami langsung di trotoar? Mungkin bahkan akan mengancam dengan senjata tajam, seperti beberapa berita penodongan yang pernah saya baca. Malah lebih seram lagi kalau begini kejadiannya.<br />
<br />
Atau mungkin seharusnya teman saya itu, dan saya, dan semua wanita di Indonesia tidak menggunakan tas jinjing yang memang relatif lebih mudah dijambret paksa dibandingkan kalau menggunakan tas selempang atau bahkan tas gendong? Atau mungkin seharusnya kami para wanita tidak berjalan kaki di malam hari? Ah. Menurut saya sih semuanya tetap kembali ke <i>statement </i>"Ada aksi karena ada niatan". Mau pakai tas model apa juga kalau memang penjahat itu sudah berniat jahat ya mereka akan melakukan apa saja untuk merampok kita kan? Dan korban penjambretan, penodongan, atau pencurian di jalanan ini saya rasa bukan hanya dialami para wanita. Saya juga pernah baca ada seorang laki-laki yang menjadi korban penodongan di jalanan. Jadi para lelaki juga seharusnya tidak jalan kaki sendirian malam-malam?<br />
<br />
Intinya, memang penjambret itu yang salah (ya iya lah, ya?). Kita yang bukan penjahat memang tidak bersalah, tapi harus repot untuk lebih aktif menjaga diri. Yes, selamat datang di dunia yang tidak adil. Orang yang tidak berniat jahat justru harus ikutan repot sendiri jadinya. Sejak kejadian ini saya berjanji untuk tidak akan jalan kaki di malam hari, apalagi kalau sendirian, dan juga untuk lebih mengawasi barang bawaan saya saat bepergian. Haruskah saya membawa perlengkapan perlindungan diri seperti semprotan merica untuk jaga-jaga?<br />
<br />
Aih, semprotan merica. Sebelum kejadian ini mana ada saya berpikir sejauh ini. Membaca atau mendengar berita penjambretan selama ini saja saya tidak bereaksi apa-apa, paling sejauh ikut prihatin saja. Lihat kan bagaimana kejadian ini mempengaruhi saya? Saya loh, yang bahkan bukan korban utama dalam kejadian penjambretan ini.<br />
<br />
Keamanan memang mahal harganya ya?Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-90651795468537158752012-06-13T02:38:00.002+07:002012-06-13T19:58:16.528+07:00Mission Failed (2)<div style="text-align: justify;">
Life is all about trial and error, right?</div>
<div style="text-align: justify;">
Kita mencoba melakukan sesuatu, dan mungkin, kalau kita cukup beruntung dan diberkahi, pada akhirnya kita sukses melakukannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau kurang beruntung?</div>
<div style="text-align: justify;">
Gagal lalu coba lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu saja kan pada intinya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu bentuk trial and error ini tak lain dan tak bukan, adalah pacaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pacaran, atau menjalin hubungan dengan orang lain, atau beradaptasi untuk hidup bersama orang lain, whatever you named it.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan, namanya juga trial and error. Termasuk hal yang wajar kan berarti kalau gagal?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masalahnya adalah, terkadang kalau kita gagal dalam hal ini, sama seperti kalau gagal dalam setiap hal lainnya di kehidupan, mencoba lagi adalah suatu frasa yang sangat sulit untuk diwujudkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Yah, setidaknya untuk beberapa orang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lucky to say, i'm not one of those guys.</div>
<div style="text-align: justify;">
Saya, bukan perempuan yang akan menangis seminggu penuh sampai tidak mau makan saat patah hati.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sehari semalam rasanya sudah lebih dari cukup untuk saya menangis karena putus cinta.</div>
<div style="text-align: justify;">
Saya juga bukan perempuan yang akan menyimpan sakit hati pada mantan kekasih lalu bertingkah seakan tak saling kenal karena baru saja putus cinta.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hell no.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kenapa?
Karena ego saya terlalu besar.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia pikir dia siapa sampai bisa membuat saya menangis berhari-hari sambil mengurung diri?</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia pikir dia siapa sampai bisa membuat saya bertingkah canggung sampai harus repot-repot menghindar?</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia pikir dia siapa, adalah satu kalimat yang sangat ampuh bagi saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, saya tidak percaya dengan patah hati.</div>
<div style="text-align: justify;">
Never have, never will.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi saya percaya dengan yang namanya kegagalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau kehidupan kita dituliskan dalam sebuah resume atau CV, saya percaya akan ada satu bab khusus untuk menuliskan kegagalan-kegagalan kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan layaknya saat kita menulis CV, setiap kegagalan itu akan selalu tersimpan dalam resume yang kita buat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut saya, ini adalah bagian terburuknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bukan masalah hati yang patah, tapi masalah otak yang merekam suatu kegagalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Catat ya, putus cinta itu bukan masalah hati tapi masalah otak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Yah, setidaknya untuk saya sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai sini saya masih bisa bilang untung saja ego saya besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia pikir dia siapa bisa meninggalkan luka sekaligus trauma untuk saya bangkit dari kegagalan?</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia pikir dia siapa bisa menahan saya untuk memulai kembali?</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia pikir dia siapa bisa membuat hidup saya dibayangi ketakutan akan kegagalan yang pernah saya alami?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun ternyata, bayangan kegagalan itu sungguh terlalu berat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata, memori kegagalan itu efeknya lebih besar dari patah hati.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dibalik sikap sok tidak pernah terluka itu, otak saya masih terus berpikir kalau dulu saya pernah gagal dan kemungkinan besar saat mencoba lagi nanti kegagalan itu akan datang kembali.</div>
<div style="text-align: justify;">
Keluar tiba-tiba dari balik pohon, dia tersenyum lebar sambil berujar "Hello, finally we meet again".</div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba saya mulai ragu akan keajaiban kalimat "Dia pikir dia siapa" yang selama ini saya agungkan.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
This idea of failure is waaaaaay too big for me to handle.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di atas besarnya ego yang saya punya, bayangan kegagalan itu ternyata selalu mengintai.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bodohnya saya saja yang selalu mengatakan semua baik-baik saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
Naif.</div>Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-56442884763483909542012-05-08T17:30:00.000+07:002012-05-08T17:30:13.866+07:00Umbrella<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-yCb546durZM/T6j0HbS7iWI/AAAAAAAAATY/6VUEuhcd5D8/s1600/umbrella.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-yCb546durZM/T6j0HbS7iWI/AAAAAAAAATY/6VUEuhcd5D8/s320/umbrella.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
Cause if you look closer, you'll see that happiness is just right around the corner. </div>
<div style="text-align: center;">
Why make things complicated, right? :)</div>Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-54179669003432839122012-02-28T22:51:00.000+07:002012-02-28T22:51:28.646+07:00SunshinePanggil aku matahari. Bukan karena sinarnya yang terang, bukan. Bukan pula karena pancaran energinya yang dibutuhkan oleh semua makhluk.<br />
Panggil aku matahari, karena ia adalah benda terpanas di tatanan tata surya.<br />
Panggil aku matahari, karena tak ada yang bisa mendekatinya tanpa harus terbakar.<br />
Panggil aku matahari, karena terkadang ia mengalami badai yang mengakibatkan resiko radiasi pada semua yang mengelilinginya.<br />
<br />
Dari semua benda di tatanan tata surya, pilihanmu jatuh pada matahari.<br />
Kau tahu?<br />
Tanpa sadar, alam semesta sedang memberimu peringatan.<br />
Bahwa matahari, dalam jarak yang terlalu dekat, bukanlah sesuatu yang baik.Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-57753247219816036962012-01-17T21:28:00.000+07:002012-01-17T21:28:54.351+07:00Imaji"Kamu ingin turun?"<br />
"Turun? Kemana?"<br />
"Ke tempat seharusnya kamu berada sekarang"<br />
"Kenapa? Aku tak semestinya disini ya?"<br />
"Tempat ini tidak nyata"<br />
"Tidak penting. Bukan itu yang penting"<br />
"Apa yang lebih penting kalau begitu?"<br />
"Disini, tidak terbatas"<br />
"Karena itu disini tidaklah nyata. Mau tidak mau, suka tidak suka, semua akan hilang. Yang tidak memiliki batasan bukan berarti tidak bisa musnah"<br />
"Ya, aku tahu. Aku tahu ini diluar akal sehat. Aku tahu ini bukan dunia yang sebenarnya. Aku tahu disini tidak ada tanah untuk dipijak. Aku tahu sebesar apapun keinginanku untuk bertahan disini, suatu saat aku akan pergi. Mungkin diusir, mungkin akan ada yang menjemputku, atau mungkin kamu sendiri yang akan menurunkanku ke bawah sana, ke tanah yang bisa dipijak, ke ruangan yang luasnya dapat dihitung karena segalanya terbatas. Aku tahu kok semua itu"<br />
"Semakin cepat semakin baik, bukan begitu pepatah kalian di bawah sana?"<br />
"Tidak, pepatah itu tak berlaku di atas sini. Disini aku mau selamanya. Semakin lama semakin baik kalau memang tidak bisa selamanya"<br />
"Apa gunanya? Toh kamu tahu kamu tak bisa selamanya berada disini"<br />
"Karena ini pelarian terindah yang bisa kami dapatkan. Diantara semua hal nyata di bawah sana, berada di tempat semu di atas sini adalah sebuah pencerahan"<br />
"Saat kamu turun nanti, semuanya akan berakhir"<br />
"Setidaknya aku tahu kalau aku pernah berada disini" <br />
<br />
Sepasang sayap terbang menjauh, turun ke bumi.<br />
Sepasang senyum merekah di atas awan, menikmati detik-detik semu yang tidak bisa dimiliki selamanya.Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-47494063696979036142012-01-06T19:56:00.000+07:002012-01-06T19:56:49.129+07:00Happy New Year, Happy People :)Akhir tahun lalu dan awal tahun ini tidak diakhiri dan tidak dimulai dengan terlalu baik sebenarnya.<br />
Saya masih terjebak, saya masih bertanya-tanya, saya masih ingin keluar dan pergi ke tempat jauh.<br />
Tapi saya tahu itu tidak bisa dilakukan.<br />
<br />
Saya tidak mengucap kata benci.<br />
Mungkin lebih tepat kalau disebut muak.<br />
Muak akan ketidak cocokan.<br />
Muak akan masalah yang sama yang dimulai dari saya masih menjadi bocah ingusan.<br />
Muak akan keadaan yang tidak bisa begitu saja ditinggalkan.<br />
Muak tapi harus sayang.<br />
Muak tapi harus peduli.<br />
<br />
Lalu sedikit demi sedikit semuanya terjawab.<br />
Mengapa saya melakukan ini, mengapa saya melakukan itu.<br />
Mengapa saya menjadi seperti ini, mengapa saya menjadi seperti itu.<br />
Mengapa saya berpikir seperti ini, mengapa saya berpikir seperti itu.<br />
Mengapa saya takut pada ini, mengapa saya takut pada itu.<br />
Buah memang tak jatuh jauh dari pohonnya.<br />
Sesederhana itu saja jawabannya.<br />
Jawaban yang tersedia di ujung jalan, mentok, lalu tidak bisa melangkah lebih jauh lagi kecuali kembali pulang.<br />
<br />
Saya pernah menuliskan di otak dan di hati, <br />
Bahwa saya tidak tahu ingin menjadi seperti apa nantinya.<br />
Tapi saya tahu persis tidak ingin menjadi seperti apa.<br />
Namun ternyata itu tidak cukup.<br />
Nyatanya, saya justru semakin menjadi apa yang tidak saya inginkan.<br />
<br />
Mau menyalahkan siapa kalau sudah begitu?Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-34714424765299359702011-12-03T10:17:00.000+07:002011-12-03T10:17:01.697+07:00Don't guess, ask.Seringkali, kita terlalu disibukkan dengan pikiran masing-masing.<br />
Pikiran yang bisa bercabang kemana saja kapan saja dan bisa menghasilkan apa saja.<br />
<br />
Hasilnya?<br />
Kita terlalu disibukkan dengan pikiran kita itu, memuat asumsi demi asumsi yang semakin lama berkembang menjadi kesimpulan dalam pikiran kita sendiri.<br />
Terkadang kita lupa untuk bertanya, karena merasa sudah memiliki jawabannya.<br />
Terkadang kita berlindung di balik pembelaan "sudah berpikir masak-masak" sementara yang dibutuhkan sebenarnya hanyalah keinginan untuk bertanya.<br />
Asumsi bukan kesimpulan.<br />
Dan ada banyak hal mengenai manusia yang tidak bisa dianggap benar kalau baru sampai tahap asumsi hasil pikiran subjektif.<br />
<br />
Pertanyaan sederhana seperti,<br />
Apa kabar?<br />
Menurutmu gimana?<br />
Apa yang kamu rasakan?<br />
Terkadang justru menjadi pertanyaan yang paling sulit untuk dilontarkan, bagi mereka yang sudah merasa tahu jawabannya.<br />
<br />
The point is, <br />
How do you know that your own answer is right if you don't even bother to ask?Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-23783879820071959322011-11-11T01:40:00.000+07:002011-11-11T01:40:18.231+07:00Epic QuestionBeberapa hari yang lalu, saya mengobrol dengan seorang teman lama.<br />
Seorang pria, yang cara berpikirnya terkadang malah lebih wanita daripada saya yang asli wanita.<br />
Ceritanya, kami membicarakan sebuah kisah patah hati.<br />
Mengenai kisah patah hati ini, biasanya respon yang saya dapat dari lawan bicara ya begitu-begitu saja.<br />
Semacam ekspresi turut berduka dan kawan kawannya itu.<br />
<br />
Kecuali dari teman saya yang satu ini.<br />
Entah apa yang ada di pikirannya, tiba-tiba dia memberi sebuah pertanyaan, yang tidak orang lain tanyakan dan tidak pernah terpikirkan oleh saya.<br />
"Sebenarnya, dia menganggap hubungan kalian sesederhana apa sih? Atau kebalikannya, sebenarnya dia menganggap hubungannya dengan beliau seepic apa sih?"<br />
<br />
Saya tahu itu dua hal yang berbeda, tidak bisa disejajarkan apalagi dibandingkan.<br />
Dan yang lebih pasti lagi jelas tidak akan bisa saya menangkan kalaupun mau dipertarungkan.<br />
Jadilah saya tidak bisa menjawab dengan pasti, hanya bisa tersenyum dalam hati.<br />
Walaupun jauuuuuuuuuuhh di pojok pikiran terjauh saya merasa tahu jawabannya, hanya tidak tega untuk mengutarakannya.<br />
Tidak tega pada diri saya sendiri.<br />
<br />
Yah, setidaknya ada seseorang yang memberikan sudut pandang lain akan masalah ini.<br />
Terima kasih loh, Bulet! :)Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-70124375904790628292011-10-22T00:56:00.000+07:002011-10-22T00:56:34.845+07:00Peter Pan CollarIni obsesi saya selama beberapa hari ke belakang, dan tampaknya akan terus berlanjut sampai entah kapan. Dress berkerah yang super lucu, innocent, dan menggemaskan. :D<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-SjLP-CSh3ak/TqGxRQgKWkI/AAAAAAAAASA/S3gZBCiv0ow/s1600/PP+collar+4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-SjLP-CSh3ak/TqGxRQgKWkI/AAAAAAAAASA/S3gZBCiv0ow/s1600/PP+collar+4.jpg" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-WqkG68-sw68/TqGxRxjg96I/AAAAAAAAASI/XlaqHrdmPkA/s1600/PP+collar+5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-WqkG68-sw68/TqGxRxjg96I/AAAAAAAAASI/XlaqHrdmPkA/s1600/PP+collar+5.jpg" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-BsP1ffCpUBg/TqGxStIBjAI/AAAAAAAAASQ/ZmjkgSl1Zmo/s1600/PP+collar+6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-BsP1ffCpUBg/TqGxStIBjAI/AAAAAAAAASQ/ZmjkgSl1Zmo/s1600/PP+collar+6.jpg" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-3zDldZB5qFk/TqGxSzWW_zI/AAAAAAAAASY/4Mf7jedLuVo/s1600/PP+collar+7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-3zDldZB5qFk/TqGxSzWW_zI/AAAAAAAAASY/4Mf7jedLuVo/s1600/PP+collar+7.jpg" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-6GqXwVF9au8/TqGxTZFzADI/AAAAAAAAASg/eORxGec3mj4/s1600/PP+collar+8.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-6GqXwVF9au8/TqGxTZFzADI/AAAAAAAAASg/eORxGec3mj4/s1600/PP+collar+8.jpg" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-Dtok-2JCXLM/TqGxTnHNBAI/AAAAAAAAASo/RAzXVdug5bg/s1600/PP+collar+9.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-Dtok-2JCXLM/TqGxTnHNBAI/AAAAAAAAASo/RAzXVdug5bg/s1600/PP+collar+9.jpg" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-VIlDpFt3I1w/TqGxUSoidrI/AAAAAAAAAS4/7ffunktwEZ0/s1600/PP+collar.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-VIlDpFt3I1w/TqGxUSoidrI/AAAAAAAAAS4/7ffunktwEZ0/s1600/PP+collar.jpg" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-zUpPwviR0Wk/TqGxREZLx_I/AAAAAAAAAR4/c6FfsXTjQfU/s1600/PP+collar+3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-zUpPwviR0Wk/TqGxREZLx_I/AAAAAAAAAR4/c6FfsXTjQfU/s1600/PP+collar+3.jpg" /></a></div><div style="text-align: center;"><br />
</div>Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-60863521942406216482011-10-12T22:38:00.001+07:002011-10-12T23:16:12.972+07:0012 Oktober 2011<div style="text-align: center;">Ini, adalah hari ulang tahun teraneh yang pernah saya alami.</div><div style="text-align: center;">Sepanjang 22 tahun hidup saya.</div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-iaeRXPrXfbg/TpW81EQNYlI/AAAAAAAAARw/NpT1Lgqh2v8/s1600/happy_birthday-1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="121" src="http://2.bp.blogspot.com/-iaeRXPrXfbg/TpW81EQNYlI/AAAAAAAAARw/NpT1Lgqh2v8/s320/happy_birthday-1.png" width="320" /></a></div><br />
Hari ini, saya mendapat strudle yang menjelma menjadi kue ulang tahun dari teman-teman tersayang yang baik hati.<br />
Hari ini, saya mendapat kado underwear dalam bungkusan amplop dari seorang teman yang kelewat gila.<br />
Hari ini, untuk pertama kalinya, saya terbuka menceritakan kisah patah hati pada seorang teman yang bahkan tidak bertanya.<br />
Lalu, hari ini saya membuka jendela.<br />
<br />
Happy Birthday, Ossy Maulita.<br />
:)Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-70566608928058863592011-10-08T12:44:00.000+07:002011-10-08T12:44:57.597+07:00I Won't Let You Go<div style="color: blue; text-align: center;"><br />
</div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1">Say those words like there's nothing else</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1">Close your eyes and you might believe</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1">That there is some ways out</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1"> </span><span class="line line-s hover" id="line_1"> </span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1">Open up your heart to me now</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1">Let it all come pouring out</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1">There's nothing i can't take</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1"><br />
</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1">If there's love just feel it</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1">If there's life we'll see it</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1">This ain't no time to be alone</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1">I won't let you go</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1"><br />
</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1">If your sky is falling</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1">Just take my hand and hold it</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1">You don't have to be alone</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1">I won't let you go</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1"><br />
</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1">And if you feel the fading of the light</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1">And you're too weak to carry on the fight</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1">And all your friends that you count on has disappeared</span></div><div style="color: blue; text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1">I'll be here, not gone</span></div><div style="text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1"><span style="color: blue;">Forever holding on</span></span></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><span class="line line-s hover" id="line_1">-I Won't Let You Go by James Morrison-</span></div><div style="background-color: transparent; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;"><br />
</div><div style="background-color: transparent; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;">Iya, saya tahu ini klise.</div><div style="background-color: transparent; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;">Saya tahu ini roman picisan sekali.</div><div style="background-color: transparent; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;">Tapi sesungguhnya semua wanita pasti mau jadi subjek di lagu ini.</div><div style="background-color: transparent; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;">:D</div>Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-23928070592772421822011-10-01T16:33:00.000+07:002011-10-01T16:33:20.318+07:00My Sentimentil DadAnak : Udah pesen hotel, Pa?<br />
Ayah : Udah kemarin booking lewat telpon di hotel X.<br />
Anak : Loh katanya kemarin mau nginep di hotel Y?<br />
Ayah : Ga jadi. Dulu kamu SPMB kan nginepnya di hotel X. Sekarang wisuda juga nginep disana lagi aja, buat mengenang.Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-46892307160181998772011-09-30T00:18:00.000+07:002011-09-30T00:18:46.151+07:00Mission FailedBesok, saya akan pulang kampung untuk beberapa hari.<br />
Keperluan paling utama adalah untuk fitting kebaya yang saya jahit di kampung halaman.<br />
Kebaya wisuda.<br />
<br />
Wisuda. 29 Oktober 2011.<br />
Sungguh ini saat yang paling saya nantikan selama beberapa tahun ke belakang.<br />
Beberapa tahun ke belakang sejak saya memiliki kamu.<br />
Iya, kamu.<br />
Saya tidak peduli dengan kamu datang memberi saya bunga atau apapun di hari saya wisuda.<br />
Saya cuma peduli dengan kamu yang akhirnya akan bertemu beliau beliau yang saya sayangi itu.<br />
Saya menyimpan kamu sekian tahun, dan saya yakin ini akan jadi hari baik untuk kamu.<br />
<br />
Pulang. 30 September 2011.<br />
Memang tidak dapat dipastikan, tapi terkadang beliau beliau yang saya sayangi itu tiba-tiba melontarkan pertanyaan aneh setiap saya di rumah.<br />
Pertanyaan soal kamu.<br />
Iya, kamu.<br />
Kalau besok, selama beberapa hari di rumah pertanyaan itu tiba-tiba terlontar, apa yang harus saya jawab?<br />
Saya harus menjawab karena saya tidak bisa menjadi anak yang baik?<br />
Karena salah saya yang tidak bisa menjadi anak yang diidamkan?<br />
Karena saya yang telah beliau beliau didik selama ini ternyata berkembang dengan mengecewakan dengan gagal mengambil hati beliau beliau yang lain?<br />
Apa saya harus memberi jawaban yang menyiratkan kalau beliau beliau telah mendidik anak yang salah?<br />
<br />
Menurutmu, jawaban mana yang terbaik yang tidak terlalu mengecewakan?<br />
Iya, saya bertanya ke kamu.Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-56384816079312045882011-09-22T10:00:00.000+07:002011-09-22T10:00:53.274+07:00Here comes the hardest part of allLet me tell you what the hardest part is :<br />
<br />
I did believe in us.<br />
I believed in our path,and i fight for it.<br />
I had lot of thoughts, lot of dreams, with you on it.<br />
That's how much i believed in us.Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-43725527928754566972011-09-08T01:57:00.000+07:002011-09-08T01:57:18.195+07:002 - 7 September 2011Saya, sama dengan orang-orang lain, sungguh tidak bisa membayangkan apa rasanya menjadi kamu.<br />
Saya mungkin tidak akan pernah bisa mengerti karena tidak berada dalam posisi yang sama denganmu, jadi sebelumnya saya minta maaf karena tidak bisa ikut berbagi rasa denganmu.<br />
Padahal saya pikir, kalau bisa sedikit saja berbagi pasti bebanmu sudah ringan sekarang.<br />
<br />
Tapi saya tahu kamu adalah orang yang kuat.<br />
Saya tahu kamu begitu, dan saya sadar kamu dikelilingi oleh orang-orang hebat yang akan selalu melindungi, membantu, dan menjaga kamu.<br />
Karenanya saya tidak lagi khawatir.<br />
Kamu pasti baik-baik saja.<br />
<br />
Satu lagi yang saya tahu,<br />
Melihat kamu tersiksa itu menyebalkan.<br />
Membuat saya sesak nafas.<br />
Membuat saya menjelajahi bandara dan menjambangi beberapa kota seorang diri untuk menggapaimu, untuk memastikan kalau kamu baik-baik saja.<br />
<br />
Tapi semalam kamu mulai tertawa.<br />
Dan tadi pagi kamu tersenyum saat melihat saya mengenakan baju baru lalu kita memasak nasi goreng bersama.<br />
Kamu tahu bagaimana perasaan saya?<br />
Lega setengah mati.<br />
Bahagia sampai hampir gila.<br />
<br />
Jadi maaf kalau saya tidak bisa mengurangi beban kamu.<br />
Maaf kalau saya tidak bisa ikut berbagi sakit.<br />
Tapi saya pasti selalu ada disini kok.<br />
Memastikan kamu tidak sendirian.<br />
:)Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-56851075896385930242011-09-04T17:56:00.000+07:002011-09-04T17:56:32.148+07:00Time Heals EverythingKalau ada yang dapat saya pelajari dari Lebaran yang datang setiap tahun, itu adalah kepercayaan bahwa waktu akan menyembuhkan segalanya. Saya percaya dengan sungguh-sungguh, dan Lebaran yang semakin membaik dari tahun ke tahun membuktikan bahwa saya mempercayai sesuatu yang benar adanya.<br />
<br />
Saat menyaksikan seluruh anggota keluarga berkumpul dalam satu ruangan yang sama.<br />
Saat semua menyiapkan makanan dan minuman dengan senyuman.<br />
Saat ayah bertanya "Anak-anak sudah makan?" ke kakak ipar saya.<br />
Saat ketiga keponakan saya duduk bersama dengan eyang kakungnya di depan televisi menonton Shaolin Soccer.<br />
Dan saat ayah saya bertanya "Mas Rian udah berangkat?" kepada saya sesaat sebelum kami semua kembali ke Cilacap dari rumah eyang saya di Solo. <br />
<br />
Yes, i do believe that time will heal everything.<br />
:)Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-13313831620215311982011-08-22T22:45:00.002+07:002011-08-23T21:32:06.510+07:00Like Father Like DaughterPercakapan antara ayah dan anak di suatu kesempatan :<br />
Anak : "Mau cari sepatu, Pa"<br />
Ayah : "Lah tadi perasaan udah banyak kotak sepatu di kamarmu"<br />
Anak : "Ga ada yang matching Pa buat baju pas sidang besok"<br />
<br />
Si anak berpikir si Ayah akan bereaksi seperti ini :<br />
"Halah ngapain sih matching segala!"<br />
<br />
Ternyata ini reaksi si Ayah :<br />
"Wah penting itu! Ayo lah mau cari dimana?"<br />
<br />
Berangkatlah si Anak beserta si Ayah ke suatu mall bernama PVJ.<br />
Buah memang tak jatuh jauh dari pohonnya.<br />
<br />
Like father, like daughter.<br />
<br />
Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5070245732225585942.post-25405448090845394532011-08-19T03:16:00.000+07:002011-08-19T03:16:08.451+07:00PlaylistEntah kenapa, selama sekitar satu bulan ini saya selalu mendengarkan (dan menonton) playlist ini dari media player classic di laptop. Karena sedang sibuk dengan Tugas Akhir saat mulai menyusun playlist ini (dan sampai sekarang), maka ia saya beri nama playlist TA. Ini daftarnya :<br />
<br />
1. Incubus - Dig<br />
2. Incubus - Love hurts<br />
3. 30STM - Closer to the edge<br />
4. 30STM - The Kill<br />
5. 30STM - Hurricane<br />
6. Incubus - Black heart inertia<br />
7. 30STM - Attack<br />
8. Oasis - Stop crying your heart out<br />
9. 30STM - A beautiful lie<br />
10. 30STM - Kings and Queen<br />
11. Oasis - Wonderwall<br />
12. Oasis - Don't look back in anger<br />
13. Oasis - Champagne Supernova<br />
14. Incubus - Megalomaniac<br />
15. 30STM - From yesterday<br />
16. 30STM - This is war<br />
17. ERK - December<br />
18. BEP - Meet me halfway<br />
19. Pitbull feat Neyo - Give me everything<br />
20. Keane - Somewhere only we know<br />
21. Christina Perri - Jar of hearts<br />
22. Adam Lambert - Whataya want from me<br />
23. Taylor Swift - December<br />
24. Adele - Rolling in the deep<br />
25. Eminem feat Lil Wayne - No love<br />
26. Chris Brown feat Justin Bieber - Next to you<br />
27. Maroon 5 feat Christina - Move like jagger<br />
28. Britney Spears - Till the world ends<br />
29. Agnes Monica - Paralyzed<br />
30. Britney Spears - I wanna go<br />
31. Suju - Superman<br />
32. 2NE1 - Lonely<br />
33. CNBlue - Love girl<br />
34. Brown Eyed Gierls - Sign<br />
35. SNSD&Suju - Seoul<br />
36. Kara - Lupin<br />
37. SNSD - Into the new world<br />
38. SNSD - Mr. Taxi<br />
39. Park Bom - U n I<br />
40. SNSD - Chocolate love<br />
41. SNSD - Hoot<br />
42. Suju - It's you<br />
43. Suju - No other<br />
44. Suju - Super girl<br />
45. Suju - Perfection<br />
46. SNSD - Gee<br />
47. Bigbang - Love song<br />
<br />
Setelah saya perhatikan satu demi satu, cuma satu kesimpulan saya : GAWAT.<br />
47 video, 17 diantaranya lagu korea.<br />
<br />
Playlist ini harus segera dinetralisir setelah TA selesai.<br />
Harus. <br />
<br />
Ossy Maulitahttp://www.blogger.com/profile/15785007997541122985noreply@blogger.com1